Sabtu, 08 September 2018

My Story?


Jadi gais, ini ceritanya panjang sebenernya, sampai bingung mau mulai darimana. Gara gara bingung jadi lupa deh, maklum manusia, situ juga kan?

Kata atas bisa muncul gara gara ada kata bawah, kata bohong muncul gara gara jujur, kata bagus muncul gara gara kata jelek, kata bener muncul gara gara kata salah, kalo kata kata kasar muncul gara gara?
Ya kata halus, mosok gara gara kata baik.

Pernah nggak denger kalimat “penyesalan dateng di akhir”? mungkin beberapa udah sering denger, eh kayaknya nek denger mesti udah semua deng, pernah percaya? Aku pernah, aku pernah dibilang alay menye, terus aku pura pura nggak percaya. Kenapa ya dulu aku malu padahal para nenek moyang kita pasti tidak asal dalam mencetuskan sebuah kalimat sakral ini, pasti beliau beliau sudah menimang nimang calon kalimat ini, diberi ASI, dibawa ke posyandu, dilakukan USG dan aw, menendang nendang. Kalimat ini juga pasti sudah dikaji kandungannya, apakah berbahaya atau tidak bagi tumbuh kembang kita.

Ayam berkokok, matahari bersinar, sangat malas untuk menggerakan badanku, bahkan hanya untuk sekedar terlentang. mesti pada mikir pagi ya hayo. Maaf maaf ayamku emang hobi berkokok, kadang emang lupa waktu. Kalo matahari mesri bersinar lah, mosok nggak bersinar, nanti mati matahari dong (kalo mati listrik kan listriknya, kalo mati lampu kan lampunya nggak bersinar, kalo matahari bener dong). Seharian ini aku habisin waktu cuma buat tidur, makan, ke kamar mandi tapi nggak mandi jadinya namanya tak aja ya jadi ke kamar nggak mandi, download film, terus ditonton. Sebenernya nggak Cuma hari ini aja sih yang seharian tidak produktif, eh produktif itu subjektif deng. Kayak gini aku produktif kok! 1 hari 4 film kurang produktif apa coba. Libur panjang penerimaan siswa baru rasanya lama banget, padahal nek misal masuk sekolah seminggu serasa seminggu, masak seminggu serasa setahun, nggak masuk pak eko! Setelah menjalani mas produktivitasku, akhirnya lusa masuk sekolah. Lusa besok ya bukan kemarin. Seneng ada, males ada, gembira juga ada deh kayaknya.

Hari pertama masuk aku udah telat, di leherku juga ada bekas biru mirip memar. Udah serasa anak nakal, hari pertama telat terus ada bekas biru dileher kayak habis tarung. Bekas biru yang dileherku ini sama persis kayak bekas biru di sekitar mataku pas kelas 2 SD. Jadi gini ceritanya, dulu pas aku kelas 2 SD anarkis , aku pernah rebutan pensil gais. Udah itu aja, Cuma pernah rebutan pensil kok anarkisnya. Oiya kalo mata biru pas kelas 2 SD itu bukan gara gara anarkis rebutan pensil diatas ya, tapi gara gara tapi jangan ketawa ya. Gara gara tomcat, lucu gak sih? Eh nggak lucu ya, maaf.tapi kalo mau diukur paling diameternya ada 5 cm. Oke balik. Masuk sekolah pertama kali yang tak cari adalah kamar mandi, namanya juga kesiangan jadi nggak sempet ke kamar mandi deh. Habis dari kamar mandi aku langsung ke kelasku. Temen pertamaku namanya Hace, orangnya kurus tinggi lucu imut menggemaskan, huwek (ini muntah). Temen keduaku, namanya aku lupa beneran nek ini, maklum manusia. Oke, lompat ke temenku yang ketiga, eh yang kedua aja lupa gimana yang ketiga, gimanasih kalian.

Sebelum aku lanjut mohon diingat, buaya itu hewan manusia itu manusia. Buaya itu hewan manusia itu manusia, buaya itu hewan manusia itu manusia. Buaya itu hewan manusia itu manusia, buaya itu hewan manusia itu manusia. Buaya itu hewan manusia itu manusia, buaya itu hewan manusia itu manusia. Buaya itu hewan manusia itu manusia, buaya itu hewan manusia itu manusia. Buaya itu hewan manusia itu manusia, buaya itu hewan manusia itu manusia. Buaya itu hewan manusia itu manusia, buaya itu hewan manusia itu manusia. Buaya itu hewan manusia itu manusia, buaya itu hewan manusia itu manusia. Buaya itu hewan manusia itu manusia, buaya itu hewan manusia itu manusia. Buaya itu hewan manusia itu manusia, buaya itu hewan manusia itu manusia. Buaya itu hewan manusia itu manusia, buaya itu hewan manusia itu manusia. Buaya itu hewan manusia itu manusia, buaya itu hewan manusia itu manusia. Buaya itu hewan manusia itu manusia, buaya itu hewan manusia itu manusia. Buaya itu hewan manusia itu manusia, buaya itu hewan manusia itu manusia. Buaya itu hewan manusia itu manusia, buaya itu hewan manusia itu manusia. Buaya itu hewan manusia itu manusia. Oke cukup.

Perjalanan akademiku lumayan bertahan tahan meningkat dikit, tapi perjalanan hatiku bertahan tahan menurun drastis, uuu (ini sedih). Nggak mungkin kan dikelas reguler isinya cowok semua? Mesti ada ceweknya, dan susah ngehindarin kontak sama cewek dikelas, pasti akan terjadi sebuah jalinan komunikasi entah yang didasar dengan tugas atau sebatas berkenalan. Ah lama ah intinya dikelasku ada yang menarik gais. Sekolah baru pembawaan baru, disini bagaimanapun caranya aku membuat diriku terlihat keren. Pada awal masuk, aku menggunakan jaket dan selalu menggunakan hoodienya untuk menutupi kepalaku, kepala ya bukan muka, nanti sama aja nggak ketok nek muka. Kalo aku cari cari dinternet dengan keyword “artis sekolah” kebanyakan foto yang keluar itu pada pake jaket jaket gitu, akhirnya hari ini aku coba praktek lapangan. Ternyata bener setelah seharian aku pake jaket terus setiap detik setiap waktu ada aja anak kelas yang ngeliatin aku, aku ngefly. Malemnya aku ngerasa bisa diupgrade. Besoknya aku tambah aksesoris, headset. Kalo di internet katanya kalo orang pake jaket ditambah headset gantengnya naik 100x lipat, itu yang tak rasain sekarang. Aku seharian memasang muka serius dan cool untuk membangun atmosfer “keren”ku. Bahkan sampe pulang sekolah aku nggak ngelepas headsetku, di video yang diinternet kalo orang pakeheadset pas pelajaran terus keliatan angguk angguk sambil asik sendiri itu jadi pusat perhatian. Bel pulang sekolah dengan lantang menerobos masuk kedalam kupingku yang padahal sudah disumbah headset yang sedari pagi tidak kucolokan di HP, namanya juga nggaya.

Aku beres beres siap siap untuk pulang ke rumah, semua gerakan aku perhalus dengan aksen supaya lebih macho dan keren. Bahkan to gais selama aku beres beres aja anak anak kelasku yang didepan pada ngeliat ke aku semua bahkan yang dibelakang itu ngomongin aku, uh terbangku semakin tinggi. Pas aku beres beres aku ngeliat liat keadaan sekitar, kondusif. Terus aku pura pura njatuhin buku, kalo dari sinetron yang biasa tak tonton kalo ada buku jatuh pasti ada adegan pegangan tangan tanpa disengaja, aku pengen nyoba. 1 buku jatuh, belakangku belom respon, 2 buku, masih belum, 3 buku, masih belum, akhirnya aku mencoba menjatuhkan setas tasnya.daripada ketinggalan sama pulangnya kesorean, akhirnya tak ambil sendiri, dasar wanita wanita tidak peka, ih. Ternyata to gais pas aku mbalik mereka lagi banter banternya ngomongin aku, “aku takut disini, mamaku kok nggak njemput njemput, aku nggak mau lama lama sama dia (nunjuk aku)” “aku liat dia kasian, mending kita bilangin aja kalo sebenernya dia pas pasan, pas pasan aja kkm bawah.” Aku bingung sama mereka, bukannya bantuin mungutin bukuku tapi malaah asik berdua, dasar wanita (2). Tiba tiba mereka ada didepanku, kaget kok tiba tiba mulut mereka komat kamit nggak jelas di depanku, laguku yang tak siapin untuk pulang ternyata volumenya kekerasen. Abis tak pause tiba tiba mereka malah minta maaf. Loh yang edan siapa disini? Kok tiba tiba minta maaf, emang lebaran maju sekarang??

Bersambung; ini prolog. Jangan bosan membaca, membuka jendela kamar!